Beberapa tahun terakhir, kelahiran dengan Sindrom Williams sering kali terjadi di Indonesia. Kasus yang termasuk ke dalam jenis penyakit langka ini dapat berpengaruh pada perkembangan gigi si kecil. Sayangnya, tidak semua orang tua dapat mengenali gejala ini sampai mulai terlihat kelainan fisik pada si kecil. Penyakit langka yang disebut-sebut terinspirasi dari bentuk wajah peri ini ternyata tidak membuat penderita selucu peri di cerita dongeng. Justru membuat penderita harus mengalami permasalahan hampir disemua bagian tubuhnya, termasuk gigi. Tahukah kamu bahwa Sindrom William cukup berbahaya bagi kesehatan rongga mulut si kecil?
Sindrom Williams adalah gangguan perkembangan yang menyerang banyak bagian tubuh. Kondisi ini di tandai dengan kecacatan intelektual pada anak baik ringan ataupun sedang dan masalah belajar, fitur wajah yang berbeda, masalah jantung serta pembuluh darah (kardiovaskular). Selain itu juga, tanda kecacatan yang paling terlihat adalah pada rongga mulut. Anak yang mengalami Sindrom Williams cenderung memiliki rongga mulut yang lebar, bibir atas lebih panjang daripada bibir bawah dan pertumbuhan rahang yang tidak simetris. Kondisi ini lah yang menyebabkan pertumbuhan gigi pada anak menjadi berantakan bahkan sampai bengkok.
Anak yang memiliki struktur gigi yang berantakan dan bengkok akan berdampak pada kesehatan rongga mulut, aktivitas mengunyah dan penyerapan nutrisi dalam mulut. Gigi yang berantakan dan bengkok akan menyulitkan si kecil untuk membersihkan rongga mulut, alhasil sisa makanan akan lebih mudah tertinggal di sela-sela gigi dan membentuk karang gigi. Timbulnya karang gigi ini akan menimbulkan permasalahan gigi dan mulut, seperti gigi berlubang, bau mulut, radang gusi dan lain-lain. Masalah ini tentunya akan memperburuk kondisi kesehatan penderita Sindrom Williams. Selain itu juga, penderita Sindrom William akan lebih sulit melafalkan kata atau huruf yang dapat mempengaruhi produksi suara karena letak gigi yang berantakan.
Kondisi lainnya yang dapat menjadi dampak gigi tidak rata yaitu adanya ketegangan pada otot-otot rahang dan mulut yang dapat mengganggu gerakan mengunyah makanan, dan pada akhirnya menyebabkan proses pencernaan dan penyerapan nutrisi tidak berlangsung sempurna. Lain halnya pada penderita yang memiliki gigi hilang, gusi akan terekspos bebas dan lebih mudah bergesekan dengan benda keras saat makan. Bila penderita tidak berhati-hati dalam memilih jenis makanan, maka gusi bisa terluka dan membentuk luka terbuka. Luka ini lah yang dapat menjadi ladang bakteri untuk berkembang biak, parahnya bakteri bisa masuk melalui pembuluh darah dan mengganggu organ tubuh lain salah satunya jantung.
Oleh sebab itu, permasalahan gigi pada anak penderita Sindrom Williams bukanlah hal yang sepele. Para orang tua harus memberikan perawatan ekstra pada kondisi kesehatan anak selain menjalani pengobatan lainnya. Anak yang mengalami Sindrom Williams harus melakukan berbagai jenis pengobatan ke berbagai dokter spesialis yang berbeda-beda karena penyakit langka ini menyerang hampir sebagian tubuh penderitanya. Masalah gigi tidak beraturan dimulai sejak masa anak-anak, sehingga pencegahannya pun di mulai sejak kecil dengan berkonsultasi dengan dokter gigi dan dokter yang menangani penyakit langka ini. Kedua pandangan dari kedua dokter ini yang nantinya akan menentukan tindakan tepat yang dapat dilakukan bagi kondisi kesehatan rongga mulut penderita.
Perawatan gigi sejak dini pada penderita Sindrom Williams sangat membantu dalam mengurangi tingkat keparahan gangguan akibat gigi tidak rata. Jika struktur gigi tidak rata dan mulai menimbulkan permasalahan pada area mulut, lebih baik langsung memeriksakanya ke dokter spesialis ortodonti. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir risiko permasalahan gigi dan gusi. Biasanya dokter gigi akan melakukan pemeriksaan gigi dan foto rontgen panorama untuk melihat struktur gigi dan rahang secara jelas. Selanjutnya, dokter gigi mungkin akan mencoba merapikan susunan gigi dengan pemasangan kawat gigi. Pemasangan kawat gigi saat ini memang jauh dari kesan menyakitkan, namun tetap memberi ketidaknyamanan pada anak. Jauhkan si kecil dari makanan yang bertekstur terlalu keras, kenyal, dan lengket ketika masih menggunakan kawat gigi.
Sementara itu, penanganan gigi tidak rata pada orang dewasa tergantung dari hasil diagnosis. Bentuk penanganan gigi tidak rata pada orang dewasa dapat berupa:
- Pencabutan gigi apabila susunan gigi terlalu padat dan tidak rapi.
- Pemasangan kawat gigi pada kebanyakan kasus gigi tidak rata.
- Pemasangan alat penahan posisi gigi (retainer) yang bisa dilepas-pasang.
- Tindakan operasi untuk kasus sulit. Operasi dilakukan apabila rahang atas terlalu jauh mendahului rahang bawah (overbite) atau kondisi rahang bawah justru lebih maju dari rahang atas (underbite).
Jangan biarkan kondisi gigi tidak rata begitu saja, permasalahan gigi dan mulut bisa memicu banyak permasalahan gigi dan mulut. Supaya si kecil bisa fokus ke pengobatan yang lain agar kondisi kesehatannya dapat lekas pulih. Konsultasikan kepada dokter gigi untuk mendapatkan rekomendasi penanganan gigi tidak rata yang tepat, demi fungsi gigi yang optimal dan meminimalisir permasalahan pada penderita Sindrom Williams. Jangan lupa untuk membiasakan si kecil untuk melakukan perawatan gigi di rumah dengan menggosok gigi secara teratur dan menggunakan mouthwash setelah menggosok gigi.