Pernahkah kamu melihat seseorang bernapas melalui mulut? Mungkin kamu akan menjawab saat sedang tidur atau saat flu. Tapi pada kenyataannya, beberapa orang bernapas melalui mulut bukan hanya pada saat tidur saja, melainkan saat mereka beraktivitas juga. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya masalah pada saluran pernapasan khususnya pada area hidung. Tapi tahukah kamu bahwa bernapas melalui mulut memiliki dampak buruk bagi kesehatan?
Bernapas adalah salah satu cara manusia untuk bertahan hidup. Cara ini dilakukan dengan menghirup oksigen melalui hidung untuk proses oksidasi makanan agar menghasilkan energi dan karbon dioksida. Sayangnya, tidak semua orang dapat bernapas dengan normal, khususnya pada anak-anak. Bernapas melalui mulut sering kali tidak disadari oleh para orang tua karena mengingat usia itu anak tengah mempelajari banyak hal di sekitarnya termasuk mengenali rasa. Padahal bernapas melalu mulut bisa jadi adalah respon tubuh akibat gangguan pada saluran pernapasan, seperti penyakit flu, sinusitis, polip hidung, rhinitis kronis dan lain-lain.
Khusus pada anak yang menderita sinusitis, bernapas melalui mulut tentunya akan memberatkan penderita. Udara yang masuk melalui mulut akan menyentuh amandel terus menerus, lama kelamaan akan menimbulkan pembengkakan. Tidak menutup kemungkinan amandel akan mengalami infeksi dan menutup jalan pernapasan. Oleh karena itu, bagi penderita sinusitis sangat dianjurkan untuk segera pergi ke dokter untuk diambil penanganan lebih cepat. Dampak buruk yang ditimbulkan oleh kebiasaan bernapas melalui mulut bukan hanya menyerang area amandel, tapi pernapasan melalui mulut juga membawa dampak buruk lainnya, diantaranya adalah:
- Merubah Bentuk Wajah dan Struktur Gigi
Bernapas melalui mulut pada umumnya dilakukan dengan kondisi mulut terbuka, pada saat itu pertumbuhan wajah anak akan cenderung ke arah vertikal dan menyebabkan bentuk wajah tidak proporsional. Wajah akan terlihat lebih memanjang, dagu seolah memendek dan rahang atas menyempit. Apabila dibiarkan, rahang yang menyempit akan merubah struktur gigi, gigi akan tumbuh dengan tidak beraturan dan saling bertumpuk satu sama lain. Gigi yang menumpuk akan menyulitkan bibirmu untuk tertutup dan akan menimbulkan masalah yang baru pada area mulut.
Pertumbuhan rahang yang tidak benar ini akan merubah bentuk wajah seiring anak semakin dewasa. Akan tetapi hal ini dapat dihindari, salah satu cara agar anak terlatih untuk bernafas melalui hidung adalah dengan menyusui anak sejak lahir hingga ±2 tahun. Selain itu, jagalah kebersihan rumah dari debu dan kotoran yang dapat menghambat jalan napas si kecil. Kebiasaan menghisap jari (atau pun baju/selimut) juga sebaiknya dihentikan sedini mungkin, karena akan memperparah kelainan gigi dan tulang rahang.
- Rentan Terkena Infeksi
Udara yang masuk melalui mulut tidak disaring dengan baik sehingga kotoran yang bertebaran di udara akan masuk langsung ke paru-paru, seperti polutan, bakteri, virus, debu atau apapun yang bertebaran di udara. Oleh karena itu, penderita lebih rentan terkena infeksi. Di samping itu, aliran oksigen yang masuk ke dalam darah lebih sedikit, akibatnya penderita mudah mengantuk dan sulit konsentrasi.
- Mulut Kering
Bernapas melalui mulut akan menyebabkan mulut kering kronis pada anak, sehingga aroma napas anak sangat tidak sedap. Mulut kering dapat memicu pertumbuhan bakteri jahat pada area mulut, sehingga dapat menimbulkan masalah gigi berlubang, karang gigi, bahkan kesulitan untuk berbicara.
- Tidur Tidak Nyenyak
Pada saat si kecil bernapas melalui mulut saat tertidur, karbon dioksida akan lebih sedikit yang dikeluarkan sehingga menyebabkan otot-otot halus, seperti kandung kemih berkontraksi dan memungkinkan anak akan jauh lebih banyak mengeluarkan air kencing saat tengah malam.
- Kelainan Berbicara dan Pola Penelanan pada Anak
Bernafas melalui mulut juga biasanya disertai dengan kelainan cara bicara serta pola penelanan, yaitu anak menelan dengan mulut terbuka dan lidah berada di antara gigi. Ketika orang tua mendeteksi adanya kelainan pola pernapasan seperti ini, anak perlu dilatih untuk bernapas dengan hidung dan mulut tertutup.
Apabila tanda-tanda di atas terjadi pada si kecil, segeralah periksakan si kecil ke dokter gigi yang memberikan perawatan secara profesional dengan bekerja sama dengan ahli THT. Hal ini dilakukan untuk mencegah kerusakan gigi dan kelainan struktur rahang semakin parah. Berikanlah si kecil latihan sederhana untuk bernapas menggunakan hidung sejak kecil, percayakan padanya bahwa ia mampu melakukan itu. Ingatkanlah terus menerus jika si kecil mulai mengulangi kebiasaan menggunakan mulut, lama kelamaan si kecil akan terbiasa dengan sendirinya seiring permasalahan pada pernapasan kian membaik.