Mulut kering atau dalam bahasa medis disebut xerostomia adalah kondisi yang bisa dialami pada sekali waktu. Kondisi ini pada dasarnya adalah sesuatu yang normal, namun apabila mulut kering berlangsung secara berkelanjutan hal ini harus mendapatkan perhatian serius. Mulut kering juga bisa jadi salah satu pertanda bahwa kamu tengah mengidap suatu penyakit berbahaya. Penyakit apakah itu?
Sindrom Sjogren adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh sendiri menyerang kelenjar penghasil cairan, seperti, kelenjar air liur atau air mata (autoimun). Sindrom Sjogren dibagi menjadi dua kelompok, yaitu primer dan sekunder. Sindrom Sjogren primer terjadi ketika penyakit ini muncul pada penderita tanpa diawali dengan kemunculan penyakit autoimun yang lain. Sedangkan sindrom Sjogren sekunder terjadi ketika penyakit ini muncul pada penderita yang sudah mengalami penyakit autoimun lainnya, seperti lupus, skleroderma, atau rheumatoid arthritis.
Sindrom Sjogren kebanyakan diderita oleh wanita berusia 40 tahun ke atas. Tapi tidak menutup kemungkinan pada usia muda juga bisa mengidap penyakit ini. Penyakit Sindrom Sjogren ini jarang diderita pria, yaitu hanya sekitar 10 persen dari seluruh kasus.
Gejala Sindrom Sjogren menyerang kelenjar eksokrin yang menghasilkan cairan. Gejala utama kondisi ini adalah mata kering dan mulut kering (xerostomia). Kedua gejala ini bisa mengarah kepada masalah kesehatan lainnya. Gejala yang dapat muncul akibat mulut kering (xerostomia) adalah:
- Suara parau.
- Sulit menelan makanan, terutama makanan kering dan terasa seperti tersangkut dalam mulut.
- Selalu membutuhkan minum pada saat makan, untuk membantu menelan makanan.
- Lidah kemerahan.
- Perubahan rasa makanan akibat perubahan kemampuan mengecap pada lidah.
- BIbir kering, pecah-pecah pada sudut mulut.
- Lidah yang terasa tersangkut pada langit-langit mulut.
- Munculnya permasalahan mulut lainnya, seperti pembusukan gigi, penyakit gusi dan sariawan.
Hingga saat ini, para ahli belum mengetahui secara jelas kenapa kinerja sistem kekebalan tubuh menjadi kacau dan berbalik menyerang sel-sel sehat di dalam kelenjar penghasil cairan. Dugaan sementara adalah kondisi ini disebabkan oleh kelainan genetik dengan adanya infeksi sebagai pemicunya, baik infeksi bakteri ataupun virus.
Meskipun penyebab terjadinya Sindrom Sjogren belum diketahui, terdapat beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit ini. Seseorang yang menderita penyakit autoimun lain, seperti rheumatoid arthritis atau lupus, juga lebih mudah mengalami Sindrom Sjogren.
Diagnosis pada penyakit Sindrom Sjogren disesuaikan dengan penyebabnya. Dokter dapat mencurigai seorang pasien terkena Sindrom Sjogren berdasarkan hasil yang didapat dari pemeriksaan fisik dan gejala, terutama mata dan mulut kering, adanya kendala pasien dalam menelan makanan, serta adanya pembengkakan kelenjar air liur.
Sebelum memastikan diagnosis Sindrom Sjogren, dokter bisa menyarankan pasien untuk mengikuti tes lanjutan, seperti:
- Tes Schimer, untuk mengetahui tingkat kecukupan air mata yang dihasilkan oleh kelenjar air mata bisa dilakukan dengan membasahi kertas khusus dalam waktu lima menit.
- Pengukuran tingkat aliran air liur, dengan cara menimbang volume air liur yang mampu dikeluarkan oleh pasien ke suatu wadah dalam waktu lima menit. Jika jumlah air liur yang dikeluarkan rendah, hal tersebut dapat mengindikasikan pasien menderita Sindrom Sjogren.
- Tes darah, untuk melihat adanya antibodi spesifik Sindrom Sjogren dan gangguan pada liver atau antibodi dapat ditempuh dengan melakukan tes anti-Ro (SS-A) dan anti-LA (SS-B). Kedua jenis antibodi tersebut biasanya akan diproduksi tubuh seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya terkena penyakit ini.
- Biopsi, sampel jaringan bagian dalam bibir pasien akan diperiksa di laboratorium untuk mendeteksi keberadaan gugusan limfosit sebagai indikasi Sindrom Sjogren.
- Pemindaian kondisi kelenjar air liur, metode pemindaian yang dilakukan dapat berupa sialografi (menggunakan foto rontgen) atau skintigrafi (menggunakan bahan radioaktif khusus).
Pengobatan Sindrom Sjogren akan disesuaikan dengan gejala yang ditimbulkannya. Upaya mengatasi mata kering, dokter akan meresepkan obat tetes mata. Sedangkan untuk mengatasi mulut kering, dokter akan meresepkan obat yang mampu meningkatkan produksi air liur. Di luar dari pertolongan dokter, sebagian penderita Sindrom Sjogren dapat memilih mengatasi sendiri gejala mulut atau mata kering, diantaranya adalah dengan minum air putih secara rutin atau menggunakan obat tetes mata yang dijual bebas di pasaran. Meski cara tersebut bisa berhasil, sebagian penderita Sindrom Sjogren lainnya tetap membutuhkan obat resep dokter atau bahkan operasi.